plane illustration
It's travel time!
logo tikethaji.com

Oasis Bahariya: Menemukan 250 Mumi Emas dan Reruntuhan Kuil Alexander

By

Tersembunyi di balik laut pasir Gurun Barat Mesir, kira-kira 370 km dari Kairo, terdapat sebuah permata sejarah yang pernah hilang: Oasis Bahariya. Tempat ini bukan hanya kawasan hijau yang menakjubkan, tetapi juga merupakan kapsul waktu yang menyimpan rahasia tentang era ketika budaya Mesir kuno bertemu dan bersenyawa dengan peradaban Yunani-Romawi. Di sinilah, pada akhir abad ke-20, dunia dikejutkan oleh penemuan salah satu nekropolis terbesar di dunia—Lembah Mumi Emas—yang disaksikan oleh reruntuhan kuil Alexander Agung yang berdiri megah.

Author Ahmedherz

Kejayaan Bahariya di Zaman Greco-Romawi

Sebelum menjadi kota hantu dan tempat peristirahatan terakhir, Bahariya adalah pusat kehidupan yang makmur. Pada periode Greco-Romawi (sekitar abad ke-4 SM hingga ke-4 M), oasis ini berkembang pesat berkat tanahnya yang subur. Lokasinya yang strategis di jalur perdagangan menjadikannya penghasil utama anggur berkualitas tinggi yang diekspor ke seluruh Lembah Nil. Kekayaan dari perdagangan anggur inilah yang memungkinkan penduduknya—yang diperkirakan mencapai 30.000 jiwa—untuk menyelenggarakan ritual pemakaman yang sangat mewah, sebuah warisan yang baru terungkap ribuan tahun kemudian.

Penemuan Sensasional: Lembah Mumi Emas

Kisah penemuan ini diawali oleh sebuah insiden yang hampir seperti cerita fiksi. Pada tahun 1996, seekor keledai secara tidak sengaja menginjak dan meruntuhkan bagian atap sebuah makam di dekat kuil Alexander Agung. Insiden ini menarik perhatian arkeolog ternama Mesir, Dr. Zahi Hawass.

Setelah melakukan penggalian, tim Hawass menemukan pemandangan yang luar biasa: sebuah kompleks pemakaman bawah tanah yang luas berisi ratusan mumi. Yang membuatnya sangat istimewa adalah dekorasi mereka; banyak dari mumi-mumi ini memiliki topeng pemakaman yang dilapisi lapisan emas halus, sehingga tempat itu pun disebut “Lembah Mumi Emas”. Dr. Hawass memperkirakan bahwa mungkin ada lebih dari 10.000 mumi yang masih terkubur di area seluas empat mil persegi tersebut, menjadikannya salah satu konsentrasi mumi terbesar yang pernah ditemukan di dunia.

Kehidupan setelah Mati yang Berkilau: Empat Gaya Pemakaman

Mumi-mumi di Bahariya menunjukkan keragaman status sosial dan praktik seni pemakaman. Berdasarkan penemuan, setidaknya ada empat gaya atau kategori pemakaman yang dapat diidentifikasi:

Gaya/Tingkat KemewahanDeskripsiDiperkirakan untuk Kalangan
Gaya Pertama (Paling Mewah)Mumi dengan topeng emas menutupi wajah dan rompi dada berlapis emas yang dihiasi gambar dewa-dewi.Keluarga terkaya: tuan tanah, administrator, pedagang besar, mungkin pendeta.
Gaya KeduaSeluruh tubuh dibungkus dengan cartonnage (semacam campuran papirus/linen dan plester) yang dilukis dengan gambar dewa, termasuk Anubis.Pengrajin, ahli, cendekiawan, dan juru tulis.
Gaya KetigaMayat ditempatkan di dalam peti mati dari tanah liat berbentuk manusia (anthropoid pottery coffin).Masyarakat kelas pekerja atau menengah.
Gaya KeempatTubuh hanya dibungkus dengan linen, mirip dengan gambaran mumi klasik.Pekerja biasa.

Uniknya, penduduk Bahariya kuno mempraktikkan akulturasi dalam kematian. Gaya rambut dan pakaian yang terlihat pada topeng menunjukkan pengaruh mode Yunani-Romawi, sementara simbol dan dewa yang digambarkan—seperti Isis, Anubis, dan Horus—tetap berasal dari tradisi Mesir kuno.

Kuil Alexander Agung: Jejak Sang Penakluk di Gurun

Tidak jauh dari lembah mumi, hanya berjarak sekitar 300 yard, berdiri sisa-sisa Kuil Alexander Agung. Kuil ini memiliki keistimewaan sebagai satu-satunya kuil yang diketahui di Mesir yang didedikasikan secara khusus untuk Alexander Agung dan dibangun selama masa hidupnya.

Kuil ini ditemukan secara terpisah oleh ahli Mesir kuno Ahmed Fakhry pada tahun 1938. Strukturnya yang luas terbuat dari bata lumpur dan dibalut batu pasir, memiliki setidaknya 45 ruangan. Meskipun saat ini kondisinya telah banyak terkikis waktu dan badai pasir, sisa-sisa relief di dindingnya masih menyimpan cerita. Adegan-adegan tersebut menggambarkan Alexander yang digambarkan sebagai Firaun Mesir, sedang mempersembahkan anggur atau dupa kepada dewa-dewa Mesir seperti Amun dan Horus. Penggambaran ini adalah strategi politik dan budaya yang cerdas; dengan menghormati dewa lokal dan mengadopsi gelar Firaun (“Setp n Ra Mery Amun”), Alexander memperkuat legitimasinya sebagai penguasa yang sah di mata rakyat Mesir.

Lokasi pemakaman yang sangat dekat dengan kuil bukanlah suatu kebetulan. Pada masa itu, masyarakat percaya bahwa dimakamkan dalam “lingkungan pelindung” kuil yang sakral akan memberikan keberkahan dan perlindungan di alam baka. Dengan kata lain, kemakmuran yang memungkinkan pemakaman mewah tersebut, dan keinginan untuk beristirahat di dekat kuil sang penguasa yang dianggap ilahi, sama-sama berakar pada satu masa keemasan Bahariya.

Warisan yang Terus Ditemukan

Sejak penemuannya, ekskavasi di Lembah Mumi Emas masih berlanjut secara perlahan. Situs ini adalah harta karun informasi yang tak ternilai untuk memahami kehidupan masyarakat biasa di Mesir pada periode Greco-Romawi. Sedangkan Kuil Alexander Agung, meski rusak, tetap berdiri sebagai monumen bisu tentang momen bersejarah ketika dua peradaban besar bertemu.

Bahariya kini menawarkan sebuah perjalanan yang unik: bukan hanya keindahan alam gurun dan oasisnya, tetapi juga petualangan ke dalam lapisan sejarah yang dalam, di mana kilau emas dari masa lalu bersinar di tengah gurun, menceritakan kisah tentang kekayaan, kepercayaan, dan pertemuan budaya yang telah membentuk Mesir.

Cari layanan LA Umroh yang amanah ?

Temukan di MoslemTour.com, dengan pilihan paket dan harga yang kompetitif yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan grup anda, untuk informasi lebih lanjut tentang paket perjalanan dan Land Arrangement Haji & Umrah segera kunjungi webnya ya.

Cari tiket dan hotel dengan harga termurah ? temukan di mesin pencari tikethaji.com


Tag