Di tengah hiruk-pikuk Ibu Kota Mesir, Kairo, terdapat sebuah permata sejarah yang berdiri megah dan kokoh selama lebih dari sebelas abad. Masjid Ibnu Tulun (Masjid Ahmad Ibn Ṭūlūn) bukan sekadar tempat ibadah, melainkan sebuah mahakarya arsitektur Islam tertua di kota ini yang masih bertahan dalam bentuknya yang asli . Dibangun antara tahun 876 dan 879 Masehi oleh Ahmad ibn Tulun, penguasa pertama dinasti Tulunid yang independen, masjid ini menjadi saksi bisir naik turunnya peradaban Mesir .
Dengan luas area mencapai 26.318 meter persegi, Masjid Ibnu Tulun tercatat sebagai masjid terbesar di Kairo dalam hal luas tanah dan salah satu yang terbesar di dunia . Kehebatannya tidak hanya terletak pada ukurannya, tetapi juga pada desain arsitekturnya yang revolusioner, yang terinspirasi oleh gaya Abbasiyah dari Samarra di Irak, sekaligus memperkenalkan inovasi yang kelak memengaruhi perkembangan arsitektur global . Saat ini, masjid ini bukan hanya sebagai pusat ibadah yang aktif, tetapi juga destinasi wisata utama yang menawarkan ketenangan dan keindahan abadi bagi setiap pengunjungnya.
Sejarah Panjang: Dari Dinasti Tulunid hingga Pemugaran Modern
Pendiri dan Latar Belakang Pembangunan
Ahmad ibn Tulun adalah seorang jenderal keturunan Turki yang dikirim untuk memimpin Mesir atas nama Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Namun, ia berhasil memanfaatkan posisinya untuk mendirikan kekuasaan yang semi-independen dan mendirikan dinasti Tulunid yang berkuasa dari tahun 868 hingga 905 M . Sebagai simbol kekuasaan barunya, ibn Tulun mendirikan sebuah kota baru yang dinamai al-Qata’i, yang terletak di dekat Fustat, ibu kota Mesir saat itu .
Di jantung kota inilah ia memerintahkan pembangunan masjid agung yang akan menyandang namanya. Pembangunannya dipimpin oleh seorang arsitek yang menurut sejarawan bernama al-Nasrani . Masjid ini selesai dibangun pada bulan Ramadan 265 H (April-Mei 879 M), seperti yang tertulis pada lempengan prasasti asli yang masih ada di masjid . Uniknya, masjid ini dibangun di atas sebuah bukit kecil yang disebut Gebel Yashkur atau “Bukit Pengucapan Syukur,” yang dalam legenda lokal dipercaya sebagai tempat berlabuhnya Bahtera Nuh .
Kisah Kelangsungan Hidup dan Pemugaran
Kejayaan kota al-Qata’i tidak berlangsung lama. Pada tahun 905 M, kota tersebut dihancurkan oleh tentara Abbasiyah yang dikirim untuk merebut kembali kendali atas Mesir. Ajaibnya, dari seluruh kota, hanya Masjid Ibnu Tulun dan istana pemerintah (Dar al-Imara) yang selamat dari kehancuran . Istana kemudian digunakan kembali oleh gubernur berikutnya, sementara masjid terus berfungsi sebagai tempat ibadah.
Sepanjang sejarahnya, masjid ini mengalami beberapa kali pemugaran penting:
- Pemugaran Fatimid: Pada masa Dinasti Fatimiyah, beberapa perbaikan dilakukan, termasuk pembangunan kembali air mancur yang terbakar dan penambahan mihrab dari stuko .
- Pemugaran Besar Sultan Lajin (1296-1299 M): Pada masa Kesultanan Mamluk, masjid sempat terbengkalai. Sultan Lajin, yang konon bersembunyi di reruntuhan menara masjid sebelum naik takhta, melakukan pemugaran besar-besaran. Karya-karyanya yang masih bisa dilihat hingga kini antara lain air mancur (fawwara) dan kubah di tengah courtyard, mimbar kayu, serta dekorasi pada mihrab utama .
- Masa Kelalaian dan Pemugaran Modern: Pada abad ke-19, masjid sempat dialihfungsikan menjadi bengkel, gudang garam, dan bahkan rumah sakit jiwa, yang mengakibatkan kerusakan parah . Barulah pada 1880, Komite untuk Konservasi Monumen Seni Arab (Comité de Conservation des Monuments de l’Art Arabe) mengambil alih dan memulai proyek restorasi bertahap yang berlangsung hingga beberapa dekade . Pemugaran penuh terakhir dilakukan pada 2002-2004 dengan biaya 2,5 juta dolar AS, meskipun beberapa langkahnya menuai kritik dari para ahli .
Arsitektur yang Mengagumkan: Perpaduan Gaya Samarra dan Kekhasan Lokal
Layout dan Ziyada: Konsep Ruang yang Inovatif
Denah Masjid Ibnu Tulun mengikuti pola tradisional hypostyle (aula dengan tiang-tiang yang menyangga atap) dengan courtyard (sahn) yang sangat luas di tengahnya . Courtyard seluas 92 meter persegi ini dikelilingi oleh serambi-serambi (riwaq) yang terdiri dari deretan lengkungan runcing yang ditopang oleh pilar-pilar besar .
Salah satu fitur paling khas adalah ziyada—sebuah dinding pembatas luar yang mengelilingi masjid di ketiga sisinya (utara, timur, dan barat) dengan jarak sekitar 11 meter . Ziyada ini berfungsi sebagai penyangga antara keramaian jalanan dan ruang religius di dalam, menciptakan transisi yang kontemplatif sebelum memasuki area utama masjid . Ziyada juga menjadi rumah bagi menara spiral ikonik masjid ini.
Menara Spiral: Ikon Arsitektur yang Tak Tertandingi
Menara Masjid Ibnu Tulun adalah satu-satunya di Mesir yang berbentuk spiral dengan tangga eksternal . Desainnya terinspirasi langsung oleh Menara Malwiya di Masjid Agung Samarra, Irak, tempat ibn Tulun menghabiskan masa mudanya . Sebuah legenda populer menyebutkan bahwa desain spiral ini memungkinkan muazin untuk naik ke puncak dengan menunggang kuda . Pengunjung dapat mendaki menara ini dan dari ruang kecil di puncaknya, mereka akan disuguhi pemandangan panorama Kota Tua Kairo, termasuk Menara Masjid Sultan Hassan dan Masjid Mohammed Ali di Citadel .
Aula Doa dan Mihrab: Kesederhanaan yang Penuh Makna
Aula salat (prayer hall) terletak di sisi qibla (selatan) courtyard. Ruang ini dibagi menjadi lima lorong sejajar oleh deretan lengkungan runcing yang ditopang oleh 160 pilar bata persegi panjang yang dilapisi plester, bukan tiang marmer seperti yang lazim ditemui di masjid-masjid lain . Ini merupakan penggunaan pilar secara sistematis pertama di luar Samarra, yang memungkinkan ketinggian lengkungan yang seragam dan menciptakan kesan ruang yang luas dan kokoh .
Di dinding qibla, terdapat mihrab utama yang diapit oleh dua pilar. Mihrab ini diduga telah didekorasi ulang pada zaman Sultan Lajin . Di sekitarnya, terdapat beberapa mihrab datar dari stuko yang ditambahkan pada periode kemudian, menandai perkembangan sejarah dan seni dalam dekorasi Islam .
Dekorasi Stuko dan Kaligrafi: Keindahan dalam Detail
Masjid Ibnu Tulun menampilkan penggunaan dekorasi stuko (pleser pahat) yang sangat luas dan rumit. Ornamen-ornamen ini, yang menghiasi lengkungan, jendela, dan pilar, menampilkan pola geometris, floral (tumbuhan), dan kaligrafi Kufic . Pola-pola ini merupakan salah satu contoh seni Islam paling awal di Mesir dan menunjukkan pengaruh kuat gaya dekoratif Samarra .
Salah satu harta karun masjid ini adalah pita kaligrafi sepanjang 2 kilometer yang memuat ayat-ayat Al-Qur’an, yang terpahat di atas kayu sycamore dan mengelilingi bagian atas dinding di bawah langit-langit . Konon, sebagian kayu ini dikabarkan berasal dari Bahtera Nuh, meskipun ini lebih merupakan bagian dari legenda lokal .
Pengaruh Global: Kontribusi pada Arsitektur Gothik
Masjid Ibnu Tulun diakui secara luas sebagai bangunan pertama yang menggunakan lengkungan runcing (pointed arch) secara konstruktif dan sistematis . Inovasi ini terjadi setidaknya dua setengah abad sebelum lengkungan serupa digunakan secara luas dalam arsitektur Gothik di Eropa . Selain itu, penggunaan pilar (pier) sebagai pengganti kolom dan bentuk tembok pertahanan (battlements) yang dekoratif di atas dinding masjid juga menjadi elemen-elemen kunci yang kemudian diadopsi dan dikembangkan di Eropa, sehingga turut membentuk kelahiran arsitektur Gothik yang megah .
Pengalaman Pengunjung: Kesan dan Tips Berkunjung
Kesan Turis dari Tripadvisor
Masjid Ibnu Tulun mendapatkan nilai ulasan yang sangat tinggi, 4.6/5 dari 412 ulasan di Tripadvisor, dengan mayoritas pengunjung menggolongkannya sebagai “Luar Biasa” . Berikut adalah kesan langsung yang dirangkum dari para turis:
Tips Praktis untuk Berkunjung
- Lokasi dan Akses: Ahmad Ibn Tolon Sq., El Sayeda Zeinab, Cairo . Untuk mencapainya, Anda bisa menggunakan Metro hingga stasiun El-Sayeda Zeinab, lalu berjalan kaki sekitar 20-30 menit atau naik tuk-tuk .
- Biaya Masuk: Masjid dapat dikunjungi secara gratis . Namun, untuk memasuki area tertentu seperti menara atau atap, mungkin dimintai sedekah (tip) kecil .
- Tata Cara Berpakaian: Kenakan pakaian yang sopan dan menutup aurat karena ini adalah tempat ibadah yang aktif. Wanita disarankan untuk membawa syal .
- Waktu Terbaik Berkunjung: Datanglah pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas terik dan mendapatkan cahaya terbaik untuk fotografi . Atmosfer pada waktu-waktu ini juga cenderung lebih tenang.
- Aktivitas di Situs: Jangan lewatkan untuk mendaki menara spiral untuk pemandangan yang menakjubkan, berjalan-jalan di atap (jika diizinkan), dan mengagumi setiap detail dekorasi stuko di dekat mihrab.
Cari layanan LA Umroh yang amanah ?
Temukan di MoslemTour.com, dengan pilihan paket dan harga yang kompetitif yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan grup anda, untuk informasi lebih lanjut tentang paket perjalanan dan Land Arrangement Haji & Umrah segera kunjungi webnya ya.
Cari tiket dan hotel dengan harga termurah ? temukan di mesin pencari tikethaji.com